PTSD vs ASD - Hana's Psyche

Trauma. Baca kata yang satu itu buat Hana agak gimana gitu soalnya Hana sendiri punya trauma.
Trauma yang bakalan Hana bahas disini Trauma Psikologis ya, bukan Trauma cedera fisik ya~
Menurut KBBI, Trauma berarti keadaan jiwa atau tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari tekanan jiwa atau cedera jasmani sedangkan menurut Wikipedia, Trauma psikologis adalah jenis kerusakan jiwa yang terjadi sebagai akibat dari peristiwa traumatik.

Ketika trauma yang mengarah pada gangguan stres pasca trauma, kerusakan mungkin melibatkan perubahan fisik di dalam otak dan kimia otak, yang mengubah respon seseorang terhadap stres masa depan. Trauma bisa membuat gairah hidup seseorang berkurang, bahkan hilang. Jadi bisa dikatakan memang kalau Trauma bisa menyebabkan kematian jika dibiarkan dan tidak ditangani dengan baik.

Trauma juga bisa menimbulkan salah satu penyakit psikologis baru, yaitu PTSD (Post Traumatic Stress Disoreder) atau gangguan pascatrauma. PTSD adalah gangguan kejiwaan yang dialami setelah mendapat trauma hebat yang tidak bisa di tolerir oleh jiwa yang menyebabkan kerusakan tidak hanya pad otak, tetapi fisik juga.

Gejala PTSD

Gejala PTSD cenderung mengganggu aktivitas sehari-hari, terutama dalam hubungan dengan orang lain serta lingkungan kerja. Gejala yang muncul pada tiap pengidap bisa berbeda-beda. Ada yang mengalaminya segera setelah kejadian dan ada juga yang muncul setelah beberapa bulan atau bahkan bertahun-tahun kemudian.

Secara umum, gejala PTSD bisa dikelompokkan ke dalam  lima jenis. Berikut ini adalah penjelasan serta contohnya.


  • Ingatan yang mengganggu, contohnya selalu mengingat detail mengerikan dari kejadian tragis atau sering mimpi buruk  tentang kejadian tersebut.
  • Kecenderungan untuk mengelak membicarakan atau memikirkan kejadian traumatis. Kondisi ini ditunjukkan dengan menghindari tempat, kegiatan, atau oranng yang memicu ingatan untuk kejadian traumatis.
  • Pola pikir yang berubah negatif. Pengidap PTSD cenderung memiliki perasaan negatif terhadap diri sendiri atau orang lain, merasa terasing.
  • Merasa putus asa dalam menghadapi masa depan, memiliki masalah ingatan, termasuk mengingat aspek pentingdari kejadian traumatis serta kesulitan membina hubungan yang dekat dengan orang lain.
  • Perubahan emosi. Perubahan  ini ditunjukkan dengan oerbedaan reaksi secara fisik maupun emosi, seperti sulit berkonsentrasi, merasa sangat selalu waspada, mudah terkejut dan takut, mudah kesal atau marah, serta sulit tidur.

Gejala PTSD ini dapat terjadi pada anak-anak serta orang dewasa. Namun pada anak-anak, terdapat beberapa indikasi khusus yang juga harus diwaspadai. Indikasi tersebut meliputi sering melakukan reka ulang kejadian tragis melalui permainan, mengompol, serta sangat gelisah saat berpisah dengan orang tua

Penyebab dan Faktor Pemicu PTSD

Timbulnya PTSD diduga dapat dipicu oleh salah satu atau beberapa faktor di bawah ini, di antaranya:

  • Pernah mengalami peristiwa trauma lain, misalnya penyiksaan saat masa kecil.
  • Mengidap gangguan mental lain.
  • Mengalami trauma jangka panjang.
  • Memiliki anggota keluarga yang mengidap PTSD atau gangguan mental lain.
  • Memiliki profesi yang berpotensi menyebabkan seseorang untuk mengalami kejadian traumatis, misalnya tentara.
  • Kurang dukungan dari keluarga dan teman.
Hingga saat ini, penyebab pasti PTSD belum diketahui secara pasti. Kendati demikian, terdapat dugaan tentang beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gangguan stres pascatrauma ini, yaitu:

  1. Tingkat hormon stres yang tidak normal. Dalam keadaan bahaya, tubuh mengeluarkan hormon stres adrenalin untuk memicu reaksi dari dalam tubuh. Reaksi tersebut berupa melawan atau menghindar guna mengatasi bahaya atau rasa sakit. Dalam kondisi PTSD, kadar hormon stres yang dikeluarkan sangat tinggi meski kondisi sebenarnya tidak membahayakan. Hal tersebut terjadi karena terpicu emosi yang dibangkitkan dari pengalaman traumatis.
  2. Mekanisme perlindungan diri. Dalam kondisi PTSD, ingatan traumatis membuat kita bereaksi terlalu cepat sebagai upaya perlndungan diri. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya bahaya kembali di lain waktu.
  3. Anatomi otak yang tidak normal. Saat mengalami PTSD, bagian otak yang bertanggung jawab terhadap ingatan dan emosi (hipokampus) terlihat berukuran lebih kecil dibanding bagian otak lain. Perbedaan ini diduga berkaitan dengan meningkatnya kegelisahan dan ketakutan. Fungsi hipokampus yang tidak dapat berjalan semestinya membuat tingkat kegelisahaan atau ketakutan tidak berkurang seiring waktu.

Tetapi guys, kalian harus tau PTSD dan Stres akut (ASD) merupakan dua hal yang berbeda.

Stres akut, atau yang punya nama lengkap accute stress disorder (ASD) adalah syok psikologis yang timbul sebagai respons setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan atau traumatis, yang kemudian menimbulkan reaksi emosional negatif yang kuat. Stres akut juga bisa mewujudkan diri sebagai gangguan kecemasan.

Yang membedakan adalah gejala PTSD pada umumnya termasuk perilaku kekerasan/ berisiko/ merusak. PTSD juga menyebabkan timbulnya pikiran dan asumsi yang terlalu negatif tentang diri sendiri atau dunia sekitar, pesimis terhadap masa depan, menyalahkan diri sendiri atau orang lain karena menyebabkan trauma, penurunan minat untuk beraktivitas, dan merasa terisolasi. Gejala stres akut tidak mencakup hal-hal ini.

Namun, stres akut menyebabkan efek disosiasi yang lebih kuat daripada PTSD. Disosiasi didefinisikan sebagai “lepasnya” kesadaran diri akan pikiran, memori, perasaan, hingga perbuatan yang bisa bersifat sebagian atau penuh. Gejala disosiatif ditandai dengan amnesia sementara (sulit mengingat bagian-bagian tertentu dari peristiwa traumatik tersebut) dan penolakan (merasa tidak terkait/merasa tidak mengalami peristiwa tersebut, atau melihat peristiwa tersebut dari pandangan orang ketiga).

Dari Waktu Berlangsungnya Gejala

Gejala stres akut dan PTSD bisa tumpang tindih. Yang membedakan adalah lama durasi berlangsungnya gejala.

Gejala ASD akan segera terjadi setelah peristiwa traumatik tersebut dan terjadi dalam rentang waktu yang sangat singkat. Berdasarkan buku panduan DSM-5 keluaran tahun 2013, seseorang dikatakan mengalami stres akut jika gejalanya berlangsung dari tiga hari tapi kurang dari 4 minggu setelah terpapar kejadian traumatis. Gejala ASD berlangsung konstan selama jangka waktu ini, namun akan hilang setelah lewat dari 4 minggu.

Sementara itu, diagnosis PTSD baru bisa diresmikan ketika gejala stres akut terus berlanjut lebih dari satu bulan atau bahkan hingga tahunan setelah paparan awal, dan gejalanya bisa kambuhan sewaktu-waktu ketika dipicu.

Dengan kata lain, perbedaan antara stres akut dan PTSD adalah waktu. Jika seseorang mengalami gejala-gejala stres tersebut lebih dari sebulan, maka jelas bahwa itu bukan ASD tapi PTSD. Itulah perbedaan antara stres akut dan PTSD yang terbaik dan paling menonjol.

Banyak kasus stres akut berkembang menjadi PTSD. Namun tidak semua kasus PTSD demikian. Banyak dari kasus PTSD yang tidak memiliki riwayat stres akut sebelumnya.

Dari pengobatannya

Pengobatan untuk stress akut bisa dengan berkonsultasi psikolog dan mengonsumsi obat antidepresan yang diresepkan jangka pendek. Terapi tambahan seperti yoga, akupuntur, meditasi, atau aromaterapi juga bisa dilakukan untuk mengurangi stres. Rutin melakukan konsultasi kepada dokter atau psikolog atau profesional kesehatan mental untuk mengembangkan program perawatan.

Sementara itu, PTSD tidak memiliki obat penyembuh. Namun pengobatan PTSD biasanya meliputi kombinasi psikoterapi CBT dan konseling untuk membantu meminimalisir gejala yang dialami dan mengubah cara berpikir Anda mengenai trauma yang dialami.

KLIK DISINI
KLIK DISINI 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar