Psikologi Hewan - Hana's Psyche

klik disini
Kali ini kita bahas dikit sesuatu yang agak antimainstream, yaitu psikologi hewan. Jadi jangan salah, hewan pun punyamasalah kesehatan mental loh, dan umumnya paling banyak ditemukan trauma. Sebenarnya yang membedakan antara hewan dan manusia secara psikologis terletak pada perbedaan kognisi antara keduanya. Seperti yang telah diketahui, kognisi merupakan konsep pembentukan informasi menjadi suatu pengertian yang dipahami. Ada perbedaan yang mendasar antara hewan dan manusia terutama dalam bagaimana informasi telah diproses dan dibentuk menjadi sebuah pengertian.

Ilmu perilaku hewan, ilmu perilaku satwa atau juga disebut etologi adalah suatu cabang ilmu zoologi yang mempelajari perilaku atau tingkah laku hewan, mekanisme serta faktor-faktor penyebabnya. Ilmu perilaku hewan, pada keseluruhannya merupakan kombinasi kerja-kerja laboratorium dan pengamatan di lapangan, yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan disiplin ilmu-ilmu tertentu semisal neuroanatomi, ekologi, dan evolusi. Seorang ahli perilaku hewan umumnya menaruh perhatian pada proses-proses bagaimana suatu jenis perilaku (misalnya agresi) berlangsung pada jenis-jenis hewan yang berbeda. Meski ada pula yang berspesialisasi pada tingkah laku suatu jenis atau kelompok kekerabatan hewan yang tertentu. Ahli perilaku hewan juga disebut etolog.


Jika ditelaah berbagai macam interaksi pada mahluk hidup, maka banyak sekali contoh pola-pola perilaku yang diperlihatkan pada hewan dari berbagai taksa. Kajian mengenai perilaku tersebut telah dilakukan sejak lama oleh para peneliti dimana hewan dapat berkomunikasi, bergerak, melakukan interaksi social, dan mencari makanan. Kajian perilaku hewan pada dasarnya mengkaji bagaimana hewan-hewan berperilaku di lingkungan dalam berbagai situasi dengan pola yang spesifik.
Dalam klasifikasinya, perilaku hewan dapat dikategorikan menjadi dua yang dilandaskan kepada bagaimana perilaku tersebut bisa terbentuk atau dimiliki suatu spesies atau individu.

Dua jenis perilaku itu adalah :

1. Perilaku alami (yang diperoleh tidak dengan proses belajar tetapi didasari oleh genotip dan interaksinya dengan lingkungan)

2. Perilaku akibat belajar yang hanya dapat dimiliki oleh suatu hewan jika telah mengalami suatu pelajaran baik oleh kejadian tertentu yang menimbulkan pengalaman atau memang karena adanya serangkaian pembelajaran yang dilakukan oleh individu lain (baik oleh spesiesnya sendiri, spesies lain atau oleh manusia)

Jenis – Jenis Perilaku Alami

(1). Innate


Innate merupakan perilaku yang telah ada di dalam individu sebagai bawaan lahir dan berkembang secara tetap/ pasti. Perilaku ini tidak memerlukan proses belajar, sering kali terjadi pada saat baru lahir dan bersifat genetic (dapat diturunkan). Dalam perilaku ini dikenal adanya istilah insting terutama berupa insting dasar yang menjadikan suatu hewan dapat melakukan sesuatu atau bertindak dalam kondisi tertentu.

Contoh perilaku ini adalah sang anak yang baru lahir dapat menemukan sendiri kelenjar susu induknya untuk dapat memperoleh makanan dari air susu. Perilaku Planaria yang menghindar dari cahaya juga merupakan contoh dari perilaku insting.

(2). Pola Aksi Tetap (Fixed Action Patterns/ FAPs):


Merupakan perilaku stereotipik yang merupakan serangkaian aktivitas oleh adanya stimulus spesifik. Contoh perilaku ini adalah ketika seekor anak burung baru menetas, ia akan dengan spontan membuka mulutnya dan kemudian induknya akan menaruh makanan di mulutnya tersebut.

Contoh lainnya adalah ritual kawin pada beberapa jenis burung seperti burung merak atau burung kuau. Ritme cycardian (jam biologis) juga dimasukkan kedalam jenis perilaku pola aksi tetap misalnya kelelawar insektivora yang hanya aktif di malam hari.

(3). Perilaku Agonistik

Perilaku agresif yang pada dasarnya dilakukan untuk dapat bertahan hidup (survival) atau memperoleh pengakuan dalam kelompok tertentu. Tujuan spesifik dari terjadinya agonistic sangat beragam, dan dapat terjadi intraspesies atau interspesies. Kadang kala perilaku ini bisa menyebabkan kematian tetapi terkadang hanya berupa ritual semata.

(4). Perilaku Teritroial

Merupakan perilaku mempertahankan suatu area tertentu (home range) dari kehadiran spesies atau individu pesaing sehingga suatu hewan dapat memiliki sumber makanan, tempat bereproduksi atau beraktivitas dan memelihara anak dan keturunannya dengan pesaing yang minimal atau bahkan tanpa adanya pesaing.

Bentuk-bentuk teritrorialnya beragam, dapat berupa adanya penanda (urine, kotoran, bekas cakaran) di berbagai tempat dalam kawasan tertentu atau dengan adanya perlawanan ketika ada individu atau spesies lain mencoba masuk ke dalam kawasan. Perilaku teritori ini contohnya pada perilaku Harimau, Singa, dan hewan-hewan buas lainnya yang memiliki kawasan tertentu sebagai tempat mencari makanannya.

(5). Perilaku Alturistik

Merupakan perilaku social non egois pada hewan yang berkoloni dimana salah satu individu mengorbankan diri sendiri untuk menyelamatkan anggota lain yang lebih banyak dalam koloni tersebut. Perilaku ini akan merugikan bagi sang individu altruist karena dia dapat mati oleh ancaman tetapi anggota yang lebih banyak akan selamat atas tindakan penyelamatan yang ia lakukan.
Contoh perilaku alturis adalah perilaku kera yang memberi alaram kepada koloninya bahwa terdapat predator yang akan menyerang, sehingga anggota koloni dapat segera menyelamatkan diri sedangkan dirinya mungkin saja terbunuh karena dapat dideteksi dari suara “alarm” yang ia berikan kepada anggota koloninya.

Jenis-Jenis Perilaku Belajar

(1) Periaku Habituasi (Habituation)

Merupakan jenis perilaku hewan yang mengabaikan suatu stimulus yang berulang-ulang dan tidak membahayakan dirinya. Perilaku ini dapat juga dikatakan sebagai bentuk kehilangan respons hewan terhadap jenis stimulus tertentu yang berdasarkan pengalamannya sebelumnya bahwa stimulus yang ia rasakan tidak pernah menimbulkan ancaman atau bahaya bagi dirinya sendiri.
Contoh perilaku habituasi adalah anjing atau kucing yang saat awal dipelihara akan segera menyerang pemiliknya jika ditepuk punggungnya tetapi setelah sekian lama kebiasaan menepuk punggung tersebut ternyata tidak menimbulkan rasa sakit atau cidera maka anjing atau kucing akan mengabaikan saja tindakan itu yang pada akhirnya ia tidak akan merespon apapun ketika punggungnya ditepuk berulang kali.

(2). Imprinting

Merupakan suatu perilaku berupa pengenalan atau persepsi terhadap suatu objek seperti induk yang berlangsung pada periode kritis setelah lahir (periode kritis ini berbeda masing-masing hewan). Sebagian besar unggas biasanya memperlihatkan perilaku ini ketika baru lahir, salah satunya adalah sekelompok angsa yang baru menetas lalu langsung anda beri makan, maka angsa-angsa tersebut akan menganggap itu sebagai induknya sehingga ia akan mengikuti kemana saja anda pergi.
Walaupun anak-anak angsa tersebut kemudian melihat induk aslinya, tetap saja ia akan mengabaikan karena sudah ada persepsi dasar yang ia temukan saat pertama kali lahir. Perilaku ini dapat bersifat permanen namun dapat juga hilang seiring bertambahnya usia dan terlewatinya periode kritis.

(3). Perilaku Asosiasi Pengkondisian Klasik (Clasical Conditioning)

merupakan perilaku dimana hewan akan terbiasa untuk melakukan tindakan tertentu karena adanya orientasi hadia (reward) yang akan dia peroleh jika hal tersebut ia lakukan dan adanya hukuman (punishment) jika ia tidak melaksanakannya. Ini biasanya dikondisikan selama proses pembelajaran yang sebagian besar dilakukan oleh manusia sebagai pendidiknya (contoh di dunia sirkus).

Persepsi tentang hadiah dan hukuman yang berasosiasi langsung dengan stimulus tertentu ini akan menjadi permanen sehingga kendati kemudian tidak ada hadia atau hukuman setelah respon yang ia lakukan, respon tersebut akan tetap ia lakukan pada periode berikutnya ketika ada stimulus serupa.
Contohnya adalah perilaku lumba-lumba yang biasanya akan diberi makan jika ia bisa melintasi lingkaran api di atas kolam atau juga perilaku anjing yang segera menjulurkan lidah dan saliva yang menetes saat dibunyikan garputala (karena saat ia diajari pada periode sebelumnya, stimulus suara berupa garputala selalu berasosiasi dengan akan adanya makanan yang dia peroleh dari tuannya).

(4). Perilaku Asosiasi Pengkondisian Operan (Operant Conditioning)

Merupakan perialu yang diperoleh dari tindakan coba-coba atau trial and error. Semakin dekat individu mendapatkan respon dengan adanya stimulus positif maka akan semakin mudah baginya mengulang keberhasilan respon tersebut. Dapat juga terjadi kepada hewan yang semakin lama semakin sedikit mengeluarkan energi untuk memperoleh makanan. Atau dapat juga berupa perilaku jerah setelah suatu pengalaman buruk tertentu yang ia peroleh ketika melakukan suatu tindakan.

(5). Imitasi

Merupakan perilaku hewan yang diperolehnya dengan mengamati perilaku hewan lain lalu menirukannya tetapi peniruan ini terjadi setelah melewati periode kritis perkembangannya. Banyak contoh hewan seperti anjing, kucing atau serigala yang belajar teknik tertentu dalam berburu mangsa dengan meniru induknya.

(6). Perilaku Inovasi (Insight Learning atau Reasoning)

Merupakan perilaku paling cerdas dimana suatu hewan dapat merespon sesuatu stimulus pada kondisi tertentu dalam memecahkan permasalahannya secara cepat dan spontan kendati tidak ada pembelajaran yang identik dengan kondisi tersebut sebelumnya. Subjek dari inovasi adalah penyelesaian masalah (problem solving).

Contohnya adalah seekor kera yang dikurung dalam ruang tertutup dimana di langit-langit ruangan digantungkan pisang yang tidak akan dapat diraihnya jika tanpa bantuan alat tertentu. Maka dengan serta merta kera tersebut akan segera menyusun kotak-kotak kayu yang ada dalam ruangan membentuk tangga untuk mencapai pisang yang tinggi tersebut.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar