Psikologi Lansia - Hana's Psyche

Kalau membahas psikologi lansia, pasti pembahasannya tidak jauh dari bagaimana nasib masa tua kita?  Bagaimana kondisi mental kita ketika kita sudah tua? Semakin merasa terasingkan atau semakin mendapatkan banyak kasih sayang? Lalu bagaimana tanggapan diri kita sendiri terhadap kondisi fisik kita yang sudah berubah banyak? Seperti rambut memutih, kulit keriput atau tenaga yang sudah tidak sekuat dulu lagi? 


Untuk pengertiannya sendiri, lansia diartikan sebagai fase tahap lanjut dari kehidupan dimana tubuh secara fisik sudah tidak mampu memperbaiki sel sel lebih baik dari sebelumnya. Dan untuk secara mental, jiwa sudah bisa lebih tenang menghadapi stres karena pengaruh lingkungan. 



Sedangkan psikologi lansia adalah cabang ilmu psikologi yang mempelajari perkembangan manusia lanjut usia sampai tutup usia. Untuk lanjut usia sendiri, bisa dikategorikan menjadi tiga jenis menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro , yaitu 70-75 Tahun (Young Old) , 75-80 Tahun (Old) dan 80 Tahun keatas (Very Old). 



Lantas apa faktor yang memengaruhi kesehatan psikologi lansia itu sendiri?



1. Penurunan Kondisi Fisik 


Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.


Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya.



Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.


2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi : misalnya prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi, golongan steroid, tranquilizer.

Faktor psikologis yang menyertai lansia antara lain :

Rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual pada lansia
Sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.
Kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya.
Pasangan hidup telah meninggal.
Disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun dsb.

3. Perubahan Aspek Psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:

Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

Tipe Kepribadian Tergantung (President personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit dari kedukaannya.

Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

4. Perubahan yang Berkaitan Dengan Pekerjaan

Pada umumnya perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model kepribadiannya seperti yang telah diuraikan pada point tiga di atas.

Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh.

Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif. Untuk merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya masing-masing. Misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya.

Model pelatihan hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna, menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.

5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat

Akibat berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal itu sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kdang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.

Dalam menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya keluarga atau sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar.

Lalu, gangguan apa saja yang sekiranya bisa terjadi?


A. Postpower syndrome , yaitu gejala kejiwaan akibat seseorang kehilangan kekuasaan, kewenangan, dan segala yang menjadi tautannya, yang muncul menjadi rasa tidak menentu, grogy, kecewa, takut, kemudian kerap kali menggejala dalam perilaku seperti gampang marah, gampang tersinggung, membicarakan kebesarannya dimasa lalu tanpa kendali, bahkan mungkin main perintah tidak pada tempatnya.



B. Pandangan kebelakang maksudnya kecenderungan para lansia melihat dan menilai masa lalunya adalah masa / zaman / kondisi paling baik, lebih baik dari sekarang.



C. Wawasan terhadap generasi sesudahnya. Pandangan banyak orang lansia cenderung menilai masa lalunya lebih baik, maka juga melihat orang sekarang itu “kurang” baik, kurang teguh, kurang hebat dibanding orang zaman lansia hidup muda dahulu. Latar belakang tentara akan melihat orang zaman sekarang kurang patriotic, lansia guru cenderung menilai guru sekarang kurang apalah.



Fenomena pertama tersebut diatas pasti tidak melekat serta merta pada gelar lansia. Disposisi lansia keseluruhannya akan menentukan apakah dan sejauh mana fenomena itu akan dialami oleh lansia yang bersangkutan. Tidak tentu seorang jendral akan mengalami post power syndrome lebih parah daripada seorang kapten. Disposisi dibangun oleh :



a. Posisi yang ditinggalkan menurut kesadaran yang bersangkutan,



b. Pembawaan (ekstrovert/introvert) dan watak yang telah dilatihkan,



c. Pendidikan dan atau ketrampilan yang dimiliki



d. Tantangan nyata yang dihadapi setelah perubahan posisi. (kondisi ekonomi, kondisi keluarga dsb).



Fenomena kedua dan ketiga memang sangat erat hubungannya. Disposisi seseorang terbangun oleh:



a. Situasi pada umumnya yang sulit saat ini, membuat seseorang cenderung melihat masa lalu lebih baik. Padahal mungkin seseorang itu dahulu belum harus bertanggungjawab seperti sekarang.



b. Situasi masa muda yang masih mudah karena tertopang oleh orang tua. Masa sekolah yang bahagia dst.



c. Pembawaan,(ekstrovert/introvert) dan watak yang telah dilatihkan,



d. Pendidikan, dan atau ketrampilan yang dimiliki



e. Perubahan / perkembangan persepsi akan nilai-nilai



f. Perubahan kebiasaan perilaku, perubahan adat istiadat dll.



g. Perbedaan situasi ekonomi



“Kita harus menyadari bahwa itu bukan keinginan mereka para lansia bersikap demikian, tapi karena adanya kemunduran dari sisi psikologis, psikis, dan mental. Kalau kita tidak memahami itu, tentu yang ada hanya rasa kesal saat menghadapinya,”



klik disini
Klik Foto Diatas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar