Bipolar vs Mood Swing

KLIK DISINI
KLIK DISINI
Untuk Bipolar, mungkin kedengaraannya tidak se-asing PTSD atau ASD yang Hana bahas sebelumnya ya. Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi, seseorang yang menderita gangguan bipolar memiliki ayunan perasaan (mood swings) yang ekstrem dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap gangguan bipolar bisa merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Saat suasana hatinya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa, bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri.

Gangguan bipolar dibagi menjadi bipolar I, bipolar II, cyclothymia, dan jenis lainnya berdasarkan sifat dan pengalaman tingkat keparahan episode suasana hati; kisaran sering digambarkan sebagai spektrum bipolar. Seperti dikutip dari www.minddisorders.com, berdasarkan standar kesehatan mental Amerika Serikat, ada 4 jenis gangguan bipolar, yaitu :

1. Bipolar 1
Gangguan bipolar 1 ditandai dengan manik depresif, yaitu adanya perubahan mood yang cenderung drastis. Penderita bisa mengalami 'mania', yaitu kesenangan dan kegembiraan yang berlebihan, over aktivitas fisik, banyak bicara, hingga penurunan kebutuhan tidur. Hal ini bisa diikuti dengan mengalami 'depresi', mulai dari suasana hati normal, berubah sedih yang mendalam, cepat marah, mudah tersinggung, tidak sabar, dan cepat berubah pikiran.

2. Bipolar 2
Sedangkan untuk bipolar 2, penderita depresi bipolar cenderung memiliki energi yang sangat rendah, kesehatan mental dan fisik yang agak terbelakang. Hal ini diikuti dengan kelelahan yang berlebihan karena hipersomnia, yaitu gangguan tidur yang ditandai oleh kebutuhan untuk tidur berlebihan atau kantuk yang tiba-tiba.

3. Cyclothymia
Gangguan ini mengacu kepada siklus hipo-mania, yaitu kegembiraan yang berlebihan dalam jangka waktu lama dengan gejala depresi yang tidak begitu kentara. Bahkan mungkin orang dengan gangguan ini tidak terlihat depresi sama sekali. Namun pada akhirnya, penderita cyclothymia akan mengembangkan bipolar 1 atau 2 yang parah.

4. Bipolar (NOS)
Bipolar NOS ini merupakan bipolar yang tidak teridentifikasi. Dalam arti, mereka mengalami beberapa gejala bipolar, namun bisa muncul dna hilang, atau mengalami gejala gangguan mental yang hampir sama dengan bipolar namun tidak spesifik dan tidak mudah dikenali seperti gejala bipolar lain.

Insiden gangguan bipolar berkisar antara 0,3% - 1,5% yang persentasenya tergolong rendah jika dibandingkan dengan persentase insiden yang dikategorikan skizofrenia. Gangguan bipolar saat ini sudah menjangkiti sekitar 10 hingga 12 persen remaja di luar negeri. Di beberapa kota di Indonesia juga mulai dilaporkan penderita berusia remaja. Risiko kematian terus membayangi penderita gangguan bipolar, dan itu lebih karena mereka mengambil jalan pintas.

Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak sampai tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini seseorang menderita gangguan bipolar, risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang berisiko mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap gangguan bipolar.


Faktor Risiko Gangguan Bipolar

Terdapat berapa faktor yang diduga meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan bipolar, yakni:


  1. Mengalami stres berat.
  2. Kejadian traumatik.
  3. Kecanduan akan minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang.
  4. Memiliki riwayat keluarga dekat (saudara kandung atau orangtua) yang mengidap gangguan bipolar.
Ciri-ciri bipolar disorder

Ciri bipolar kerap diabaikan begitu saja, atau hanya dianggap sebagai tanda-tanda stres. Padahal, bipolar tidak sesederhana stres atau depresi. Jika tidak ditangani dengan tepat, gejalanya bisa memburuk dan menyebabkan komplikasi berbahaya. Maka, pelajari perbedaan gejolak emosi yang wajar dan mana yang merupakan ciri bipolar berikut ini.

Episode mania

Pada fase mania yang bisa berlangsung selama beberapa jam, hari, atau minggu, penderita bipolar biasanya menunjukkan perilaku yang ekstrem dan tak terkendali. Dalam beberapa kasus, penderitanya sampai tidak bisa menjalani aktivitas sehari-hari seperti bersekolah dan kerja, hingga harus masuk rumah sakit. Inilah yang biasanya terjadi pada episode mania.  

  • Tidak bisa diam, harus bergerak terus atau berjalan mondar-mandir.
  • Merasakan kegembiraan yang meluap-luap.
  • Jadi lebih waspada terhadap lingkungan sekitarnya, mulai dari barang jatuh, sentuhan orang lain, hingga suara-suara yang didengarnya.
  • Bicara sangat cepat tanpa arah yang jelas (sulit dipahami).
  • Tidak bisa tidur, begadang semalaman tapi tidak merasa mengantuk atau lelah di pagi hari.
  • Bertingkah sembrono, misalnya belanja gila-gilaan, bertengkar dengan guru atau atasan, mengundurkan diri dari perusahaan, berhubungan seks dengan orang asing tanpa kondom, mengemudi ugal-ugalan, atau mabuk minuman keras.
  • Psikosis, yaitu tidak bisa membedakan mana yang nyata dan mana yang hanya ada dalam pikirannya.
Episode Depresi

Kebalikan dari mania adalah depresi. Penderitanya akan menunjukan kesedihan atau keputusasaan yang tidak wajar. Berikut adalah ciri bipolar dalam episode depresi.

  • Menarik diri dari lingkungan dan orang terdekat.
  • Kehilangan minat pada kegiatan yang tadinya dinikmati.
  • Kehilangan tenaga dan energi secara drastis, biasanya penderita tidak bisa meninggalkan tempat tidur hingga berjam-jam atau berhari-hari.
  • Bicara sangat lambat, kadang seperti orang yang sedang melantur.
  • Gangguan daya ingat, konsentrasi, dan nalar.
  • Terobsesi terhadap kematian, ingin bunuh diri, atau percobaan bunuh diri.
  • Perubahan pola makan secara drastis, entah nafsu makan hilang atau meningkat.
  • Terus-terusan merasa diri bersalah, tidak berguna, atau tidak layak.

Sedangkan Mood Swing, perubahan mood (suasana hati) yang jelas terasa atau terlihat. Pada dasarnya, perubahan mood dan emosi ini bisa saja terjadi sesekali dan hal ini tidak disebabkan oleh kelainan tertentu. Namun jika sampai mengganggu aktivitas sehari-hari atau disertai tanda-tanda lain, mood swing patut dicurigai sebagai gejala suatu gangguan mental.

Tanda-Tanda Mood Swing
Selama perubahan emosi tidak berdampak kepada kehidupan sehari-hari, maka hal ini masih dapat dianggap normal. Namun apabila perubahan suasana hati terjadi secara drastis, sering, berlarut-larut, dan hingga menganggu aktivitas, hal ini perlu diwaspadai.

Contohnya adalah mood swing yang berlangsung selama beberapa hari atau lebih, membuat Anda menjadi sangat senang dan sedih secara tidak terkontrol, impulsif, sangat mudah tersinggung, dan tidak bisa tidur, atau bila perubahan mood sampai mengganggu kegiatan sehari-hari dan merusak hubungan dengan orang terdekat.

Perhatikan juga jika mood swing telah mencapai tingkatan yang lebih parah, seperti menimbulkan rasa ingin melukai diri sendiri atau mengakhiri hidup. Mood swing yang muncul bersamaan dengan gejala-gejala tersebut bisa jadi merupakan pertanda gangguan kesehatan mental.

Penyebab Mood Swing

Terdapat berbagai penyebab seseorang mengalami mood swing, di antaranya:

1. Kondisi hormon
Remaja, wanita hamil, dan wanita menopause adalah kelompok yang memiliki kemungkinan besar mengalami perubahan suasana hati terkait perubahan hormon.

2. Ketidakseimbangan kimia otak
Mood swing bisa disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia otak yang mengatur suasana hati. Beberapa contoh zat kimia otak ini adalah serotonin dan dopamin.

3. Penyakit tertentu
Menderita penyakit tertentu juga menjadi faktor yang mendasari kemunculan mood swing. Beberapa penyakit yang bisa menyebabkan gangguan mood adalah kerusakan paru-paru, ginjal, atau jantung, penyakit tiroid, dan kelainan pada otak.

4. Gangguan mental
Gangguan mental yang sering kali dikaitkan dengan keluhan mood swing adalah depresi, gangguan bipolar, gangguan kepribadian ambang, skizofrenia, dan ADHD.

Selain beberapa penyebab di atas, kecanduan atau penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras, serta efek samping obat-obatan tertentu juga bisa menimbulkan mood swing.

Cara Mengatasi dan Mencegah Mood Swing

Jika perubahan emosi ini tidak sampai mengganggu kehidupan sehari-hari, mood swing biasanya bisa mereda sendiri tanpa perawatan khusus. Meski begitu, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mencegah munculnya perubahan mood ini, yaitu:


  • Menjalani gaya hidup sehat
  • Menerapkan pola hidup yang sehat, termasuk olahraga teratur, tidur yang cukup, konsumsi makanan sehat, dan mengelola stres, dapat membantu menjaga mood tetap stabil.
  • Membuat mood diary
  • Jika mood swing sering dirasakan, amati tiap kali perubahan suasana hati ini terjadi, kapan waktunya dan apa alasannya. Kemudian catat dalam buku catatan pribadi. Dengan memerhatikan pola-pola tersebut, faktor pemicu mood swing dapat lebih mudah dikenali, sehingga bisa dihindari.
  • Berkonsultasi ke pskiater atau psikolog
  • Untuk mood swing yang parah atau sangat sering terjadi, hingga menyebabkan gangguan aktivitas sehari-hari, sebaiknya dikonsultasikan pada pskiater atau psikolog. Psikiater atau psikolog dapat membantu Anda mengindentifikasi penyebab mood swing sekaligus memberikan penanganan yang tepat.
  • Mood swing yang disebabkan oleh gangguan mental sulit sembuh dengan sendirinya. Tanpa penanganan medis, sering kali kondisi penderita menjadi semakin buruk.
  • Pasien dengan mood swing dapat menjalani sesi konseling, dan setelah faktor penyebabnya diketahui, dokter akan memberikan penanganan, baik dengan psikoterapi maupun pemberian obat-obatan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar